ANALISIS STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL KARYA EKA KURNIAWAN
KUMPULAN CERPEN “Perempuan Patah Hati yang
Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi”
Oleh
Wanda
Eka Putri
11140130000058
Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Abstract
The problem of
this research is how the structure of a single sentence in a collection of
short stories entitled "Women Broken Heart Back Finding Love Through A
Dream" Eka Kurniawan creation. The purpose of this study to describe
the structure of a single sentence based on a form of short stories collection "Woman
Broken Heart Back Finding Love Through A Dream". This study used
descriptive qualitative method is a method that gives attention to scientific
data, the data in relation to the context of its existence. Based on the
analysis in a single sentence types Short Story "Woman Broken Heart
Back Finding Love Through A Dream", there are some that were examined
are: verbal predicate sentence, the sentence adjektival predicated, predicated
nominal sentence, the sentence numeral predicated, predicated sentences
prepositional phrase. In addition based on its type, a single sentence sentence
also has expansion there are some in the review primarily namely: information
elements, the elements vocative, and construction apposition.
Keywords: Sentence Structure, Sentence Single, Short Story
Keywords: Sentence Structure, Sentence Single, Short Story
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa merupakan
sarana komunikasi yang dimiliki oleh manusia. Komunikasi yang digunakan bahasa
dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Bahasa dibentuk oleh kaidah,
aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan
pada komunikasi yang terjadi. Kaidah aturan dan pola yang dibentuk mencakup
tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat dan tata makna.[1]
Kalimat
merupakan salah satu kajian bidang sintaksis. disamping itu, sintaksis juga
mengkaji masalah frase dan klausa. Kedua hal terakhir ini tidak bisa dipisahkan
pembicaraanya dari kalimat. Istilah Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, Yaitu
Sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’.
Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata atau
kelompok kata menjadi kalimat. Disamping uraian tersebut, banyak pakar
memberikan definisi mengenai sintaksis ini. Ramlan mengatakan, bahwa sintaksis
adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa,
frase.[2]
Kalimat adalah
satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar yang umumnya berupa
klausa, kata penghubung jika ada, dan intonasi final. dalam bahasa tertulis
intonasi final ini dinyatakan dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau
tanda seru (!).[3]
Kalimat menurut
bentuknya struktur gramatikalnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal
dan kalimat majemuk[4].
Kalimat tunggal atau kalimat sederhana yaitu setiap kalimat mengandung satu
subjek dan satu predikat. kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari
beberapa klausa bebas.
B.
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah yang diteliti
pada Jurnal ini adalah Analisis Struktur Kalimat Tunggal Dalam Kumpulan Cerpen
Karya Eka Kurniawan “Perempuan Patah Hati
yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi”. Dalam pembahasan kali ini
penulis akan memfokuskan analisis kalimat berdasarkan struktur atau bentuk
kalimat tunggal yang terdapat pada cerpen Eka Kurniawan.
C.
Metode
Penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif adalah metode yang
memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan
konteks keberadaannya. Metode kuantitatif deskriptif yang digunakan dalam
penelitian ini menggambarkan kata dan kalimat dalam cerpen yang di analisis.
Teknik yang digunakan dalam meneliti adalah purposive sampling, yaitu pemilihan
sekelompok subjek yang didasarkan atas ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka, simak, catat.
Penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi teoritis. Trianggulasi teoritis
digunakan dalam membahas permasalahan yang dikaji dari beberapa perspektif
teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap.[5]
D.
Kerangka Teori
Kalimat tunggal
adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh di perluas
dengan satu atau unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak
boleh membentuk pola baru.[6]
Dalam kalimat
tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu,
tidak mustahil ada pula unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan
alat. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud pendek, tetapi
juga dapat berwujud panjang.[7]
E.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang
relevan merupakan penelitian yang teleh dilakukan sebelumnya dengan mengangkat
tema yang serupa atau hampir serupa. Penelitian ini berfungsi untuk memberikan
pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Pertama, jurnal
dengan judul “Struktur Kalimat Dalam Teks Anekdot Pada Surat Kabar Tempo Edisi
November 2014”. Penelitian ini dilakukan oleh Gita Andriana mahasiswa Fakultas
Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun 2015. Tujuan peneliatn
Gita adalah mendeskrisikan struktur kalimat yang berfokus pada bentuk dan
maknanya di teks Anekdot untuk selanjutnya di implikasikan kedalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA.
Persamaan
penelitian Gita dengan peneliti ini terletak pada persamaan objek yang dikaji
yaitu berdasarkan teks juga penelitian ini mengkaji struktur kalimat yang
memfokuskan pada kalimat tunggal sedangkan penelitian yang dikaji oleh Gita
yaitu analisis struktur kalimat secara umum yang mengkaitkan kalimat tunggal
dan kalimat Majemuk.
Kedua, jurnal dengan judul “An Analysis of the Problem-Causing Structures
of Simple Sentences for Turkish University Students”. Penelitian ini dilakuakan
oleh Prof. Dr. Mehmet Demirezen dari
Universitas Departemen Bahasa Asing Pendidikan Turki
pada tahun 2012. Jurnal ini meneliti
tentang kalimat sederhana atau kalimat tunggal dalam
komunikasi tertulis dan lisan. kalimat datang dalam berbagai bentuk, gaya, dan
ukuran dalam ucapan lisan dan tertulis seperti kalimat sederhana, kalimat
majemuk, kalimat kompleks, dan kalimat majemuk kompleks.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kalimat Tunggal
Unsur-unsur
pembentuk kalimat yang berupa kata atau frasa dapat diperikan berdasarkan
fungsi gramatikalnya (seperti subjek, predikat, atau objek) berdasarkan
kategori gramatikalnya atau jenis katanya (seperti kata benda, kata kerja, atau
kata sifat), atau berdasarkan peran gramatikalnya (seperti pelaku, penderita,
atau penerima).[8]
Subjek
adalah bagian dari klausa yang mengacu pada informasi yang dinyatakan oleh
pembicara. Subjek itu berupa kata benda atau frasa benda letaknya diawal klausa
dan di depan predikat. Predikat
adalah bagian dari klausa yang memberikan informasi tentang subjek. Sebagian
besar predikat berupa kata kerja atau frasa kerja letaknya ada diantara subjek
(di sebelah kirinya) dengan objek (di sebelah kananya). Objek adalah bagian dari klausa yang terkena oleh tindakan yang
disebut didalam predikat. Pelengkap
adalah bagian dari klausa yang mengikuti atau yang melengkapi predikat sehingga
membuat sebuah klausa menjadi lengkap.
Unsur
subjek, predikat, objek, dan pelengkap merupakan unsur inti kalimat, sedangkan
keterangan dianggap sebagi unsur periferal, unsur yang di luar inti. Keterangan adalah bagian dari klausa
yang menjelaskan jenis tindakan yang dinyatakan oleh prediakat. Biasanya
keterangan berupa kata keterangan. dibandingkan dengan bagian klausa yang
lainya, keterangan lebih bersifat luwes dalam arti bahwa ia dapat menempati
posisi awal, tengah, atau akhir klausa.
Setiap
kalimat yang mengandung satu sujek dan satu predikat seperti itu termasuk dalam
kelompok kalimat sederhana atau tunggal.[9] Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal itu berarti bahwa
konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu
atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua
unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pula unsur
manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Dengan demikian, kalimat
tunggal tidak selalu dalam wujud pendek, tetapi juga dapat berwujud panjang.[10]
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat Tunggal Taktransitif seperti
dalam kutipan dibawah ini :
Pengemis
itu merancaukan sesuatu[11]
S(FN) P(FV)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki subjek dan predikat dalam satu klausa, klausa
tersebut tergolong klausa verbal aktif karna terdapat kata merancaukan yang menujukan bahwa kalimat tersebut adalah satu
kesatuan dari kalimat tunggal.
Analisis
jenis kalimat tunggal ini dikaji berdasarkan bentuk kalimat, ada beberapa
yaitu:(1) kalimat berpredikat verbal, (2) kalimat berpredikat adjektival, (3)
kalimat berpredikat nominal, (4) kalimat berpredikat numeral, (5) kalimat
berpredikat frasa preposisi.
1.
Kalimat Berpredikat Verbal
Kalimat tunggal berpredikat verba dalam bahasa
Indonesia lebih bervariasi.Kalimat berpredikat verbalhanya dibagi manjadi tiga
macam: (1) kalimat taktransitif, (2) kalimat ekatransitif, dan (3) kalimat dwitransitif
(4) kalimat pasif. Kalimat berpredikat verba semitransitif yang objeknya hadir
disebut kalimat ekatransitif, dan yang objeknya tidak hadir disebut kalimat
taktransitif. Disamping itu, tentu saja terdapat kalimat dengan verba pasif.
Verba ada mempunyai ciri khusus,
yaitu dapat menghasilkan kalimat yang urutan fungsinya terbalik. Berikut adalah
pembahasan untuk tiap tipe kalimat tersebut.
a.)
Kalimat Taktransitif
Kalimat yang tidak berobjek dan tidak
berpelengkap hanya memilii dua unsur fungsi wajib, yaitu subjek dan predikat.
Pada umumnya, urutan katanya adalah subjek-predikat. Kategori kata yang dapat
mengisi fungsi predikat terbatas pada verba taktransitif (intransitif) seperti
halnya dengan kalimat tunggal lainnya, kalimat tunggal yang tidak berobjek dan
tidak berpelengkap juga dapat diiringi oleh unsur tak wajib, seperti keterangan
tempat, waktu, cara, dan alat. Berikut ini beberapa contoh kalimat verbal yang
tidak berobjek dan tidak berpelengkap dengan unsur tidak wajib diletakkan dalam
kurung.[12]
Dalam kumpulan cerpen Eka Kurniawan
terdapat kalimat Tunggal Taktransitif seperti dalam kutipan dibawah ini :
Ia sedang melamun[13]
S
P(FV)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki subjek dan predikat dalam satu klausa, klausa
tersebut tergolong klausa verbal intransitif frasa verbal yang unsur pusatnya
berupa kata kerja kalimat tersebut tidak memiliki pelengkap yang menujukan
bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal taktransitif.
b.)
Kalimat Ekatransitif
Kalimat yang berobjek dan tidak
berpelengkap mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek.
Predikat dalam kalimat ekatransitif adalah verba yang digolongkan dalam
kelompok verba ekatransitif. Karena itu, kalimat seperti itu di sebut pula
kalimat ekatransitif. Dari segi makna, semua verba ekatransitif memiliki makna
inheren perbuatan. Berikut ini beberapa contoh kalimat ekatransitif.[14]
Dalam kumpulan cerpen Eka Kurniawan
terdapat kalimat Tunggal Ekatransitif seperti dalam kutipan dibawah ini :
Ia mengangkat telpon[15]
S
P(FV) O
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki subjek, predikat dan objek dalam satu klausa
dan klausa tersebut tergolong klausa verbal aktif, kalimat tersebut juga tidak
memiliki pelengkap yang menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal
ekatransitif.
c.)
Kalimat Dwitransitif
Seperti kita telah ketahui, bahwa ada
verba transitif dalam bahasa indonesia yang secara semantis mengungkap hubungan
tiga wujud. Dalam bentuk aktif, maupun itu masing-masing merupakan subjek,
objek, dan pelengkap. Verba itu dinamakan verba dwitransitif[16]
Dalam kumpulan cerpen Eka Kurniawan
terdapat kalimat Tunggal Dwitransitif seperti dalam kutipan dibawah ini :
Raya
sedang mencarikan anjingnya
makanan[17]
S(FN) P(FV) O PEL
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki subjek, predikat, objek, dan pelengkap dengan
bentuk kalimat yang aktif dalam satu klausa, klausa tersebut tergolong klausa
verbal aktif, yang menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal dwitransitif.
d.)
Kalimat Pasif
Pegertian aktif dan pasif dalam kalimat
menyangkut beberapa hal , yaitu (1) macam verba yang menjadi predikat, (2)
subjek dan objek serta (3) bentuk verba yang dipakai[18].
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelakuatau aktor,
sedangkan kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai
penderita.[19]
Dalam kumpulan cerpen Eka Kurniawan
terdapat kalimat Tunggal Pasif seperti dalam kutipan dibawah ini :
Ia
melihat lelaki itu[20]
S P(FV)
O
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki subjek, predikat dan objek dengan bentuk
klausa verbal pasif dalam satu klausa yang menujukan bahwa kalimat tersebut
adalah kalimat tunggal pasif.
2.
Kalimat Berpredikat Adjaktival
Kalimat
dalam bahasa Indonesia dapat pula berpredikat adjektiva atau frasa adjektival,
kalimat yang predikanya adjektival sering juga dinamakan kalimat statif.
Kalimat statif kadang-kadang memanfaatkan verba adalah untuk memisahkan subjek
dari predikatnya.[21]
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat Tunggal Taktransitif seperti
dalam kutipan dibawah ini :
Hanna
adalah seorang istri muda[22]
S(FN) P(F.Adj)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki subjek dan predikat dalam satu klausa yang memiliki
kata adalah yang menujukan bahwa
kalimat tersebut adalah kalimat tunggal berpredikat adjektival.
3.
Kalimat
Berpredikat Nomina
Dalam bahasa Indonesia terdapat kalimat yang predikatnya
terdiri atas nomina (termasuk pronomina) atau frase nominal. Dengan demikian,
keadaan nomina atau frase nominal yang dijejerkan dapat membentuk kalimat
asalkan syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur
itu penting karena jika tidak dipenuhi, maka jejeran nomina tadi akan membentuk
kalimat.[23]
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat Tunggal Nomina seperti dalam
kutipan dibawah ini :
Si lelaki membunuh perempuan itu[24]
S(FN) P(FV)
O
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki subjek, predikat dan objek yang terpenuhi
dalam satu klausa, klausa tersebut tergolong kedalam klausa verbal aktif yang
menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal berpredikat nomina.
4.
Kalimat
Berpredikat Numeral
Selain
macam-macam kalimat yang predikatnya berupa frase verbal, adjektival, dan
nominal yang telah dibicarakan, ada pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya
berupa frase numeral.[25]
Dalam kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat
kalimat Tunggal Numeral seperti dalam kutipan dibawah ini :
Mungkin hanya
ada dua atau tiga bebek di satu
pegunungan[26]
(FV) (FN) (FN)
Dalam
kutipan cerpen tersebut terdapat kata numeral dalam satu klausa, klausa
tersebut terdapat kata di satu pengunungan
tergolong kedalam klausa depan yang menujukan bahwa kalimat tersebut adalah
kalimat tunggal berpredikat numeral.
5. Kalimat Berpredikat Frasa
Preposisional
Kalimat
bahasa Indonesia dapat berpredikat frasa preposisional. Dalam kumpulan cerpen
Eka Kurniawan terdapat kalimat Tunggal Frasa Preposisional seperti dalam
kutipan dibawah ini :
Uang
itu untuk
Martha[27]
(FN) (FN)
Dalam
kutipan cerpen tersebut terdapat kata untuk
yang termasuk dalam frasa preposisional dalam satu klausa, klausa tersebut pula
tergolong dalam klausa depan yang menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat
tunggal berpredikat frasa preposisional.
B.
Perluasan Kalimat Tungggal
Kalimat-kalimat
pada umumnya hanya terdiri atas unsur fungsi wajib seperti subjek, predikat,
objek, dan pelengkap. Pada kenyataanya kalimat sering terdiri bukan hanya atas
unsur wajib, melainkan juga atas unsur tidak wajib. Dari segi struktur,
kehadiran unsur tidak wajib itu membuat inforrmasi yang terkadang dalam kalimat
menjadi lebih lengkap. Perluasan kalimat tungggal itu dapat dilakukan dengan
penambahan (1) unsur keterangan, (2) unsur vokatif, dan (3) kontruksi aposisi.[28]
1. Keterangan
Pada
umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat tidak wajib sehingga keterangan diperlakukan
sebagai unsur tidak wajib. Artinya, bahwa tanpa keterangan pun kalimat telah
mempunyai makna mandiri. Dalam bahasa Indonesia, lazim dibedakan sembilan macam
keterangan yakni keterangan (a) waktu, (b) tempat, (c) tujuan, (d) cara, (e)
penyertaan, (f) alat, (g) pembanding atau kemiripan, (h) sebab, dan (i)
kesalingan.[29]
a) Keterangan Waktu
Keterangan
waktu membedakan informasi mengenai saat terjadinya suatu peristiwa. Fungsi
keterangan itu diisi oleh berbagai bentuk (a) kata tunggal, (b) frase nominal,
dan (c) frase preposisional. Pada umumnya, keterangan waktu dilektakan dibagian
belakang kalimat, tetapi dapat pula dibagian tengah atau depan. Keterangan
waktu yang berbentuk kata tunggal mencakup kata, seperti: pernah, sering,
selalu,kadang-kadang, biasanya, kemarin, sekarang, besok, lusa, tadi, dan
nanti. Keterangan waktu yang berbentuk frase nominal dapat berupa pengulangan
kata, seperti pagi-pagi, malam-malam, siang-siang dan sore-sore atau gabungan
lain, seperti sebentar lagi, kemarin dulu, dan tidak lama kemudian.
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan waktu seperti dalam
kutipan dibawah ini :
Besok
lusa Hanna akan pulang[30]
KET (FN) (FV)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki keterangan waktu dalam satu klausa yang
menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal keterangan waktu.
b) Keterangan Tempat
Keterangan
tempat adalah keterangan yang menunjukan tempat terjadinya peristiwa atau
keadaan. Preposisi yang dipakai antara lain di, ke, dari, sampai, dan pada.
Sesudah preposisi itu terdapat kata yang mempunyai ciri tempat, seperti disini,
disana, disitu, dari sini, ke mana, dari situ, dan sebagainya.
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan tempat seperti dalam
kutipan dibawah ini :
Aku
mau pergi ke Afganistan[31]
S P KET
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki keterangan tempat dan tergolong dari klausa
depan dalam satu klausa yang menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat
tunggal keterangan tempat.
c) Keterangan Tujuan
Keterangan
tujuan adalah keterangan yang menyatakan
arah, jurusan, atau maksud perbuatan atau kejadian. Wujud keterangan tujuan
selalu dalam bentuk frase preposisional dan preposisi yang dipakai adalah demi,
bagi, gunu, untuk, dan buat.
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan tujuanseperti dalam
kutipan dibawah ini :
Suaranya
lebih ditunjukan untuk kotak
suara [32]
(FN) (FV) (FN)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki keterangan tujuan dalam satu klausa yang
menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal keterangan waktu.
d) Keterangan Cara
Keterangan cara adalah keterangan yang
menyatakan jalannya suatuperistiwa berlangsung. Kata tunggal yang menyatakan
cara sebagi manyatakan kekerapan adalah, misalnya seenaknya, semaunya,
secepatnya, sepenuhnya, dan sebaliknya.
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan cara seperti dalam
kutipan dibawah ini :
Ia
akan kembali secepatnya[33]
S
P(FV)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki keterangan cara dalam satu klausa, klausa
tersebut tergolong dalama klausa aktif dan terdapat kata secepatnya menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal
keterangan cara.
e) Keterangan Penyertaan
Keterangan
penyertaan adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya orang yang menyertai
orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Kecuali untuk kata sendiri yang
dapat berdiri tanpa iringan kata lain, semua keterangan penyerta dibentuk
dengan menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau, bersama dengan kata atau
frase tertentu.
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan penyertaan seperti
dalam kutipan dibawah ini :
Aku
tak lagi bisa tinggal dengan
mu[34]
S(FN) (FV) (FV)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki keterangan penyertaan, serta terdapat frase
verbal negatif dalam satu klausa dan terdapat kata dengan menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal
keterangan penyertaan.
f) Keterangan Alat
Keterangan
alat adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai untuk
melakukan suatu perbuatan. Keterangan alat selalu berwujud frase preposisional
dengan memakai preposisi dengan atau tanpa.
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan alat seperti dalam
kutipan dibawah ini :
Seorang
perempuan memoleskan bibirnya dengan gincu merah[35]
S(FN) P(FV) O Pel(FN)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki keterangan alat dalam satu klausa, klausa
tersebut tergolong dalam klausa aktif dan terdapat preposisi dengan menujukan bahwa kalimat tersebut
adalah kalimat tunggal keterangan alat.
g) Keterangan Pembanding
Keterangan
pembanding atau kemiripan adalah keterangan yang menyatakan keterangan atau kemiripan antara
suatu keadaan, kejadian atau perbuatan yang lain.Wujud keterngan itu selalu
berbentuk frase dengan preposisi seperti laksana, seperti, atau sebagai.
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan pembanding seperti
dalam kutipan dibawah ini :
Bahkan
ia dungu seperti anak
kucing.[36]
(F.Adj) (FN)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki keterangan pembanding dalam satu klausa dan
terdapat kata seperti menujukan bahwa
kalimat tersebut adalah kalimat tunggal keterangan pembanding.
h) Keterangan Sebab
Keterangan
sebab adalah keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan,
kejadiaan atau perbuatan yang lain. Wujud keterangan itu selau frase dengan
preposisi karena, sebab, atau akibat.
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan sebab seperti dalam kutipan
dibawah ini :
Bahkan
lebih buruk lagi karena kadang
membayar lebih sedikit[37]
(FV) (FV)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki keterangan sebab dalam satu klausa dan
terdapat kata karena menujukan bahwa
kalimat tersebut adalah kalimat tunggal keterangan sebab.
i)
Keterangan
Kesalingan
Keterangan
kesalingan adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu perbuatan di lakukan
secara berbalas. Wujud keterangan kesalingan yaitu satu sama lain atau saling
adalah tegar dan umumnya diletakkan di sebelah kiri verba atau di bagian akhir
kalimat.
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan kesalingan seperti
dalam kutipan dibawah ini :
Mereka
selau bertengkar satu sama lain[38]
S(FN) P(FV)
Dalam
kutipan cerpen tersebut memiliki keterangan kesalingan dalam satu klausa dan
terdapat kata satu sama lain
menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal keterangan kesalingan.
2.
Nomina Vokatif
Nomina vokatif
adalah konstituen tanbahan dalam ujaran berupa nomina atau frase nominal yang
menyatakan orang yang disapa. unsur vokatif itu bersifat manasuka, dan letaknya
dapat di awal, tengah, atau di akhir kalimat.[39]
Dalam kumpulan
cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan seperti dalam kutipan dibawah
ini :
S(FV)
P(FV) O(F.Adj)
Dalam kutipan
cerpen tersebut memiliki nomina vokatif dalam satu klausa dan terdapat kata tuan menyatakan orang yang disapa dari kalimat
tersebut adalah kalimat tunggal nomina vokatif.
3.
Aposisi
Kalimat
tunggal dapat pula diperluas dengan cara menambahkan unsur-unsur tertentu yang
beraposisi dengan salah satu unsur kalimat biasanya unsur nominal yang ada.
Aposisi adalah penjelasan atau keterangan pengganti yang menggantikan unsur
yang ada di depannya, baik unsur S, P, O, K, maupun Pel. Karena itu, aposisi
disebut juga keterangan pengganti. Aposisi dapat berupa kelompok kata, dapat
jugaberupa kalimat, dengan yang sebagai subjeknya. Dua unsur kalimat tersebut
beraposisi juka kedua unsur itu sederajat dan mempunyai acuan yang sama atau
paling tidak, salah satu mencakup acuan unsur lainya.[41]
Dalam
kumpulan cerpen Eka Kurniawan terdapat kalimat keterangan seperti dalam kutipan
dibawah ini :
S(FN) (FN) (F.Adj)
Dalam kutipan
cerpen tersebut memiliki apositif dalam satu klausa, apositif disini menujukan dua
unsur kalimat tersebut memiliki aposisi kedua unsur tersebut sederajat dan
mempunyai acuan yang sama atau paling tidak, salah satu mencakup acuan unsur
lainya, bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal apositif.
Simpulan
1. Kalimat menurut bentuknya struktur
gramatikalnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat
majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti
dan boleh di perlus dengan satu atau unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur
tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru.
2. Analisis jenis kalimat tunggal ini
dikaji berdasarkan bentuk kalimat, ada beberapa yaitu: kalimat berpredikat
verbal, kalimat berpredikat adjektival, kalimat berpredikat nominal, kalimat
berpredikat numeral, kalimat berpredikat
frasa preposisi.
3. Kalimat tunggal memiliki perluasan
kalimat yaitu: unsur keterangan, unsur vokatif, dan kontruksi aposisi.
Daftar
Pustaka
Putrayasa
Ida Bagus. 2010. Analisis Kalimat
(Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung : PT Refika Aditama.
Keraf
Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores
: Nusa Indah
Efendi,
S dkk.2015. Tata Bahasa Dasar Bahasa
Indonesia.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tarmini
Wini. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia.
Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Alwi
Hasan. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Kurniawan
Eka. 2015.Perempuan Patah Hati yang
Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi. Yogykarta: PT Bentang Pustaka.
[1] Andriani, (2015), “Struktur Kalimat Dalam Teks Anekdot Pada Surat
Kabar Tempo edisi November 2014”, ( Bandar Lampung : Universitas Lampung),
hlm.2
[2] Ida Bagus Putrayasa, 2010, Analisis
Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran), (Bandung : PT Refika Aditama), hlm.1
[3]S. Efendi, dkk. Tata Bahasa Dasar
Bahasa Indonesia, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya), hlm.237
[4] Wini Tarmini, 2012, Sintaksis
Bahasa Indonesia,(Bandar Lampung :
Universitas Lampung), hlm.63
[5] Andriani, Op.Cit., hlm.6
[6] Gorys Keraf, 1984, Tata Bahasa
Indonesia, (Flores : Nusa Indah), hlm.152
[7] Hasan Alwi, 2003, Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka), hlm.338
[8] Efendi, Op.cit., hlm.242
[9] Efendi, Op.cit., hlm.241
[10] Alwi, Op.Cit., hlm.338
[11] Eka Kurniawan, 2015, Perempuan Patah Hati
yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, (Yogykarta: PT Bentang
Pustaka), hlm.4
[12] Putrayasa, Op.cit., hlm.27
[13]Kurniawan, Op.Cit., hlm.6
[14] Alwi, Op.Cit., hlm.341
[15]Kurniawan, Op.Cit., hlm.3
[16] Alwi, Op.Cit., hlm.342
[17]Kurniawan, Op.Cit., hlm.105
[18] Putrayasa, Op.Cit., hlm.33
[20]Kurniawan, Op.Cit., hlm.78
[21]Putrayasa, Op.Cit., hlm.37
[22]Kurniawan, Op.Cit., hlm.57
[23] Alwi, Op.Cit., hlm.350
[24]Kurniawan, Op.Cit.,hlm.78
[25]Putrayasa, Op.Cit., hlm.40
[26]Kuniawan, Op.Cit., hlm.112
[27] Kurniawan, Op.Cit., hlm.102
[28] Putrayasa, Op.Cit., hlm.41
[29] Alwi, Op.Cit, hlm.366
[30]Kurniawan, Op.Cit., hlm.58
[39] Putrayasa, Op.Cit., hlm.51
[40]Kurniawan, Op.Cit., hlm.6
[41] Putrayasa, Op.Cit., hlm.52
[42]Kurniawan, Op.Cit., hlm.109
Tidak ada komentar:
Posting Komentar