Kamis, 23 Juni 2016

SOSIOLINGUISTIK

ANALISIS ALIH KODE DALAM CERAMAH K.H JUJUN JUNAEDI BERJUDUL “Miras dan Dampak Terhadap Lingkungan Bermasyarakat”

Oleh
Wanda Eka Putri
11140130000058
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

Abstrak

Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan  Alih Kode, alih kode sendiri tergolong dalam cakupan ilmu sosiolinguistik yang menganalisis permasalahan berbahasa yang ada dalam masyarakat dimana terjadi kontak bahasa. Alih kode erat kaitannya dengan dwibahasa atau  penguasaan bahasa lebih dari satu.Kasus yang diteliti ini penulis mengangkat permasalahan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah dalam ceramah K.H Jujun Junaedi yang berjudul “Miras dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Bermasyarakat”. Jujun Junaedi adalah seorang penceramah yang berasal dari daerah Garut Jawa Barat. Dia memiliki ciri khas yaitu ceramahnya yang selalu menggunakan media bahasa sunda dan ditambah dengan tembang-tembangnya yang sarat akan makna. Penelitian mengenai Alih kode dalam ceramah Jujun Junaedi adalah dengan menggunakan metode analisis teks dari sebuah video yang telah diunggah di Youtube. Penelitian Alih Kode ini pula menitik beratkan terhadap bahasa yang digunakan Jujun Junaedi dalam ceramahnya yang selalu menggunakan bahasa sunda. Bahasa sunda bukan hanya sebagai identitasnya semata melainkan sebagai fasilitator dalam mensiarkan agama islam dalam bentuk ceramah.
Kata Kunci: Alih kode, Ceramah, K.H Jujun Junaedi.
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi atau alat interaksi yang dilakukan oleh manusia dalam hubungan bermasyarakat. Dalam ilmu sosiolinguistik bahasa tidak hanya dipahami sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, bahasa juga sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat. terkait oleh bahasa sebagai budaya masyarakat itu termasuk dalam kajian ilmu sosiolinguistik.
Jurnal ini membahas mengenai analisis alih kode dalam ceramah K.H Jujun Junaedi ia adalah seorang penceramah dari daerah Garut, ia sering kali berceramah dengan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Alih kode merupakan peristiwa pergantian bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain atau dari satu ragam bahasa keragam bahasa lain. Hal ini merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situsi tertentu serta adanya maksud penutur dalam menggunakan alih kode tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah yang diteliti pada jurnal ini adalah apa yang dimaksud alih kodedan bagaimana Analisis Alih Kode dalam Ceramah K.H Jujun Junaedi.

C.    Tujuan Masalah
Jurnal yang telah dirumuskan diatas maka tujuan penelitian pada jurnal ini yaitu Mendeskripsikan tentang Alih kode dan Analisis Alih Kode dalam Ceramah K.H Jujun Junaedi.

D.    Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang teleh dilakukan sebelumnya dengan mengangkat tema yang serupa atau hampir serupa. Penelitian ini berfungsi untuk memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Skripsi dengan judul “ALIH KODE : Suatu Studi Kasus”. Penelitian ini dilakukan oleh Aria Satiani mahasiswa Jurusan Sastra Inggris di Universitas Indonesia pada tahun 1985. Tujuan penelitian Arina adalah penelitian ini bertujuan membahas maksud yang terkandung dalam alih kode yang dilakukan oleh dwibahasawan. Sehubung dengan itu, Arina mengungkapkan beberapa aspek alih kode, jenis-jenis alih kode dan faktor-faktor penyebab alih kode.
Persamaan penelitian Aria dengan peneliti ini terletak pada persamaan teori yang dikemukankan dalam Skripsi tersebut yang dikaji yaitumengenai kode, alih kode, arah alih kode. Perbedaan yang dibahas jurnal ini adalah objek yang dikaji yaitu alih kode yang terdapat dalam ceramah, namun Arina mengambil objek alih kode studi kasus dengan metode wawancara.

E.     Kerangka Teori
Appel mendefinisikan alih kode itu sebagai “Gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi”. Berbeda dengan Appel yang mengatakan alih kode itu terjadi antar bahsa, maka Hymes menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antara bahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gayayang terdapat dalam satu bahasa seperti ragam bahasa santai dan ragam resmi bahasa Indonesia. Lengkapnya Hymes mengatakan “Code Switching has become acommon term for alternate us of two or more language, varieties of language, or even speech styles”.[1]

1.      Pengertian Alih Kode
            Indonesia adalah negara yang multilingual. Selain bahasa Indonesia digunakan secara nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah, besar maupun kecil, yang digunakan oleh para anggota masyarakat bahasa daerah itu untuk keperluan yang bersifat kedaerahan. Dalam masyarakat multilingual yang mobilitas geraknya tinggi, maka anggota-anggota masyarakat akan cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai dengan kebutuhannya.
            Urel Weinrich mengartikan sebagai pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian sedangkan Haugen mengartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya. perbedaan pengartian akan konsep bilingual itu disebabkan oleh sukarnya menentukan batas atau ukuran untuk menentukan bilingualnya seseorang. dewasa ini banyak di ikuti konsep bahwa bilingual itu mencakup dari penguasaan sepenuhnya atas dua bahasa sampai pengetahuan minimal akan bahasa kedua jika konsep ini yang diikuti, maka bisa dikatakan semua anak Indonesia yang sudah menduduki bangku sekolah adalah termasuk golongan orang yang bilingual.
Kefasihan seseorang untuk menggunakan dua buah bahasa sangat tergantung pada adanya kesempatan untuk menggunakan keduanya bahasa itu. Jika kesempatannyabanyak,maka kefasihannya bertambah bahasa itu. Jika kesempatannya berkurangatau sedikit maka kefasihan itu pun akan berkurang. Kefasihan atau kemampuan terhadap bahasa akan memudahkan seseorang untuk secara bergantian menggunakan kedua bahasa itu. Begitu juga kalau kesempatan menggunakan lebih dari dua buah bahasa.[2]
Alih kode merupakan salah satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa di dalam masyarakat dwibahasa atau masyarakat multilingual, artinya didalam masyarakat dwibahasa atau multilingual hampir tidak mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak murni tanpa sedikit pun memanfaatkan bahasa atau unsur bahasa yang lain.

a.)    Alih Kode Kedwibahasaan
  Alih kode merupakan salah satu aspek dari kedwibahsaan. Oleh karena itu,sebelum membahasa masalah alih kode, penulis terlebih dahulu akanmenjelaskan hal-hal yang menyangkut kedwibahsaaan.Dalam buku berjudul Language, Bloom Frield mulai menyinggung istilah dan pengertian kedwibahsaan. Aspek dari kedwibahsaan adapun kedwibahasa menurut Bloom adalah kemampuan menguasai dua bahasa seperti penutur asli. Definisi tersebut menujukan bahwa dwibahasa harus memiliki tingkat kemahiran yang sama baiknya dalam dua bahasa,yaitu bahwa penutur harus dapat menggunakan kedua bahasa itu sama baiknya.
Alih kode merupakan fenomena bahasa yang sering terjadi dalam masyarakat yang dwibahasa atau aneka bahasawan. Oleh karena kedua istilah itu merupakan dua hal yang saling mengisi, maka sulit untuk dibedakan diantara keduanya, akan tetapi para ahli dapat membedakan dua hal tersebut.
Masyarakat dwibahasawan atau aneka bahasawan secara tidak sengaja atau tidak sengaja cenderung menggunakan dua bahasa atau lebih dalam satu percakapan. Kecenderungan itu diantaranya untuk mempertegas, meminta, membahas, membujuk, merayu, atau mengklasifikasi percakapan gejala semacam ini merupakan gejala yang sangat umum dalam masyarakat dwibahasawan.
Terdapat orang-orang yang dapat memakai lebih dari satu bahasa, umpamanya bahasa daerah dan bahasa indonesia. Suatu daerah atau masyarakat dimana terdapat dua bahasa disebut daerah atau masyarakat yang dwibahasa. Orang yang dapat menggunakan duia bahasa disebut dwibahasawan. Dalam keadaan kedwibahasaanakan sering terdapat orang yang mengganti bahasa atau ragam bahasa, hal mana tergantung pada keadaan atau keperluan berbahasa itu. Kejadian seperti tanpa kita memiliki kemampuan kedwibahasa seseorang tidak dapat beralih kode.[3]
Menurut Haugen danFismanseseorangdwibahasawantidakharusdituntutmenguasaibahasasecarasamadenganpenuturaslinya, tetapicukupmampumengeluarkanujaran-ujaran yang dapatdipahami orang lain. Nababanmengemukakanpendapatnyabahwakedwibahasaanadalahkebiasaanmenggunakanduabahasaataulebihdalampergaulanhidupseseorang.[4]

b.)   Kode
Kode ada beberapa tanggapan tentang kode itu sendiri. Menurut Kridalaksana lambang atau makna sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makro tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode:(sistem bahasa dalam suatu masyarakat) variasi tertentu dalam suatu bahasa. Hymes mendefinisikan kode sebagai alat komunikasi yang ciri penentunya adalah kesaling mengertian. peserta-peserta yang terlibat dalam proses komunikasi. Menurut Poedjosodarmo kode adalah ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, hubungan penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada.
Perlu digaris bawahi bahwa kode yang dipakai penutur disesuaikan dengan peran yang dimainkan oleh individu didalam masyarakat. Jadi individu yang tidak sebagai peran menentukan kode yang akan digunakan Bell Dengan memiliki repertoar, seseorang dapat menyesuaikan peran dengan kode. Hubungan antara peran dan kode eratsekali. peran adalah interlokutor atau peserta (dalam suatu interaksi verbal) yang perannya tunduk pada cara-cara berstruktur dan berkaidah. peran seseorang tidak acak kalau cara-cara yang berfungsi sebagai norma itu tidak dipatuhinya, ia dikatakan tidak tahu peranya. Pada kenyataannya tidak ada individu yang hanya memainkan satu peran.[5]

c.)    Arah Alih Kode
Alih kode adalah peralihan antara dua bahasa atau lebih dalam suatu peristiwa percakapan atau ujaran yang sama antara dwibahasawan, maka peristiwa peralihan pemakaian bahsa seperti itu disebut alih kode, peralihan demikian dapat melibatkan frasa, kata, kalimat atau beberapa kalimat.
Peristiwa alih kode dalam suatu masyarakat bahasa merupakan gejala umum, baik dalam masyarakat yang akabahasa(monolingual) atau dalam masyarakat yang dwibahasa atau multi bahasa. Jadi dalam masyarakat yang aka bahasa pun alih kode dapat terjadi. Didunia ini, kata Hymes, tidak ada sesuatu masyarakat yangbahasanya hanya satu, dan kalua pun ada, bahasa itu akan terdiri dari berbagai “Forms Of Apeech”. Apa yang dikatakan Hymes ini senada dengan apa yang dikatakan LabovUmumnya salah satu prinsip dasar sosiolinguistik ialah bahwa tidak ada penutur yang bergaya bahasa tunggal. Bell mengatakan bahwa tidak ada pemakai bahasa yang merupakan akabahasa dalam arti memiliki kode tunggal.
            Bahasa itu mempunyai variasi-variasi. Variasi-variasi bahasa ditentukan oleh faktor waktu, faktor tempat, faktor sosiokultural, dan faktor situasi. Adapun wujud variasi itu dapat berubah idiolek, dialek, register, maupun unda-usuk. Idiolek adalah keseluruhan ujaran yang dimiliki penutur yang berbeda dengan  tuturan orang lain. sekelompok penutur merupakan anggotan masyarakat dari daerah tertentu. Variasi bahasa yang sehubungan dengan daerah atau lokasi geografis tersebut dialek regional atau geografis(misalnya bahasa sunda dialek priangan berbeda dengan bahasa berbeda dengan bahas sunda dialek banten) sedangkan variasi yang disebabkan oleh perbedaan kelas sosial penuturnya disebut dialek sosial sosial atau sosiolek.Register adalah variasi bahasa yang ditandai oleh kekhususan penggunaan, misalnya khotbah, bahasa pidato dan bahasa yang digunakan oleh golongan yang berstatus sosial rendah.
Dalam hubungan pemakaian bahasaa Labov membedakan tiga  jenis gaya bicara, yaitu gaya santai, gaya baku, dan gaya membaca. Sedangkan Bell membericontoh penggunaan bahasa dan perkembangan tingkah laku pada seseorang anak kecil. Pada tahap perkembagan awal, anak kecil itu berada dalam domain keluarga, sehingga ia memilki peran yang terbatas. Ia menggunakan kode-kode yang berbeda kepada ayah ibu atau kakanya. Makin luas peran dan domain yang ia miliki, makin luas pula anak kecil itu memiliki repertoar. Jika anak kecil menjadi dewasa, ia tidak saja berada dalam ruangan lingkup domain keluarga, tetapi ia akan berhubungan dengan domain-domain lainnya.[6]

d.)   Penyebab Alih Kode
Alih kode adalah gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubah situasi Apple dalam Chaer dan Agustina berbeda dengan Appel yang mengatakan alih kode itu terjadi antara bahasa, maka Hymesmengatakan Alihkode bukan hanya terjadi antar bahasa, melainkan juga terjadi antara ragam-ragam bahasa dan gaya bahasa yang terdapat dalam satu bahasa. Dengan demikian, alih kode itu merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa yang terjadi karena situasi dan terjadi antar bahasa serta antar ragam dalam satu bahasa.
Disamping perubahan situasi, alih kode ini terjadi juga karena beberapa faktor, Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode antara lain:
a)      Siapa yang berbicara
b)      Dengan bahasa apa
c)      Kepada siapa
d)     Kapan dan
e)      Dengan tujuan apa.
        Dalam berbagai kepustakaan linguistik, secara umum penyebab terjadi alih kode ialah :
a)      Pembicara/penutur
b)      Pendengar/ lawan tutr
c)      Perubahasan situasi dengan hadir orang ketiga
d)     Perubahasa dari formal ke informal/sebaliknya
e)      Perubahasan topik pembicaraan
Suwito membedakan alih kode atas dua macam, yakni alih kode internal dan alih kode eksternal. Alih kode internal terjadi antar bahasa sendiri, sedangkan alih kode eksternal terjadi antara bahasa sendiri dan bahasa asing. Dalam masalah yang dibahasa penulis termasuk kedalam alih kode internal.[7]

F.     Hasil Analisis
Berdasarkan sumber data dalam teks ceramah K.H Jujun Junaedi yang berjudul “Miras dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Bermasyarakat” yang disiarkan oleh TV One dalam Acara Damai Indonesiaku yang disiarkan langsung pada tangal 24 Januari 2015 yang berlokasi di Lapangan Otto iskandar dinata alun-alun Garut Jawa Barat.Menggunakan gaya bahasa yang ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, hubungan penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada. K.H Jujun Junaedi adalah seorang penceramah dari tanah sunda dalam ceramah-ceramahnya ia memiliki ciri khas yaitu guyonan dalam bahasa sunda khas dari daerahnya. Ia sebagai penutur erat sekali dengan lawan bicaranya yang dominan sama dari Jawa Barat. Maka motivasi K.H Jujun Junaedi menggunakan bahasa sunda itu sesuian dengan situasi tutur yang ada. Tak pungkiri banyak kalimat-kalimat campur antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda yang terdapat dalam ceramah K.H Jujun Junaedi.

PEMBAHASAN

A.   AnalisisAlihKodeDalamPidato
Alih Kode dalam ceramah K.H Jujun Junaedi yang berjudul “Miras dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Bermasyarakat” yang disiarkan oleh TV One dalam Acara Damai Indonesiaku yang disiarkan langsung pada tangal 24 Januari 2015 yang berlokasi di Lapangan Otto iskandar dinata alun-alun Garut Jawa Barat.

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Selamat siang sampurasun orang Garut
sampurasun..
Ini saya kebo muli pakandangan mas Agung,  jadi saya ini orang Garut jadi saya ketemu sama keluarga, itu bibi saya, itu keponakan saya, ada nenek, kakek dan semua ada di mobil itu. saya sudah menyimak pembicaraan kiyayi Syarief dengan lugas bicara tentang  hukum dan aturan allah yang mengikat kita dan tidak ada yang di sebut melanggar aturan allah apabila dilanggar oleh kita perintahnya maka kita langgar larangannya kecuali membawa kecelakaan bila kita melaksanakan semua perintahnya maka akan membawa pada keselamatan. Jadi klunya  kuncinya adalah tidak ada perintah allah apabila kita melaksanakan akan membawa pada keselamatan dunia dan akhirat tidak ada laranggan allah apabila kita lakukan pula kecuali akan membawa pada kenistaan dan kesengsaraan dunia dan akhirat.
Kalau ngomong minuman keras anda tahu apa itu minuman keras? minuman keres itu bukan minuman yang keras!, bukan minuman teh didalam gelas!, tapi minuman yang beralkohol yang apa bila kita meminum akan membuat kita tidak waras!, makanya islam tegas! lugas! Jelas! melarang minuman keras! banyak orang yang lupa bahkan bisa mati tanpa iman karna minuman keras! dia kemudian tewas!.
Tersebutlah ulama yang cukup luas wawasannya enam puluh ribu muridnya  bisa terbang kemana-mana tapi ternyata dia ibadahnya   iklas sampai malaikat pun merasa.. merasa.. menilai orang tersebut adalah orang yang punya kwalitas amal berkelas. Iblis datang menggoda, iblis mengatakan berpura-pura menjadi orang yang beribadah dengan iklas dia tanpa pulas, dia tanpa hujan dan tanpa, tanpa apa? Kemarau dia tetap melaksanakan ibadah dengan iklas. Barsiso melihat iblis itu kemudian dia merasa ibadahnya belum tuntas dia datang pada iblis dia belajar untuk bisa secara iklas kata iblis untuk menjadi orang iklas kata iblis pilih persoalan ini: 1. Minum-minuman keras. 2. Berzinah. 3.  Membunuh. Maka engkau insaallah menjadi orang yang ibadah dengan iklas. Maka Barsiso datang kepada penjual minuman keras yang punya paras indah parasnya, kemudian dia meminum minuman keras! sampai tidak waras! akhirnya dia ganas! wanita tersebut diperkosa hingga puas! suaminya di bunuh hingga tewas!. Aing reuwas! sabab kudu ngomong make as kabeh riweh mikirna.
Ari keprok tong sawareh-sawareh atel kana celi na. coba semuanaya tepuk semuanya tepuk tangan.. ya alhamdulilllah nurut semuanya persis anak TK di suruh-suruh nurut terus. sudah kita balik lagi ke periode yang tidak as-asan. Perkataan yang tidak as-asan perkataan yang  lugas saja bebas. jadi, sekali lagi tidak ada larangan allah kecuali membawa pada petaka, saya tau ini di Garut kebetulan juga banyak juga korban oplosan. saya ngaji pak Bupati dimana-mana ditunjuk ehh, tadi pak Jujun loba. Karena sekarangkan koran memberitakan beritanya saya bilang gak apah-apah da orang Garut mah segalanya hebat kiyayi dari Garut, ulama dari Garut, dodol dari Garut, batu akik dari Garut, jeruk dari Garut, domba dari Garut, yang mabok saja di Garut banyak mabok sukses mana bukti suksesnya?! sampai tewas!. Tapi luar biasa juga ka Pemda langsung digagas oleh Pemda Garut semua dibongkar tuntas. Nanti saya bicara terakhir bagaimana penguasaaan mempunyai keberanian, kalau tidak punya keberanian kata kiyayi Syarief tadi percuma, percuma sampai kapan pun tidak akan bisa mengatur negara ini dengan baik dan yaa, dan kalau ngomong orang yang pengetahuananya tentang minuman keras yang kurang tahu kurang apa? Kurang bisa membedakan mana yang baik mana yang tidak. ini minuman keras ini dawegan dilihat dari bentuknya saja sudahkan sudah yakin dicium saja wanginya tidak enak ya sudah dari situ saja diminum pun tidak enak, dawegan itu enak air kelapa ijo! itu enak! minum saja itu tidak akan mabok!, ini mah malah minum-minuam keras, minuman kerasnya cap motor juga kalau maboknya bukan damai ini saya damai Indonesia ku damai.. kita ngomong yang baik-baik ini mah diluar sambil bersorak [mencontohkan suara motor] ampunn..  kalau ngomong mengeritik orang mah kaya pinter aja ehh, kalau guwe presiden pokoknya Indonesia bisa maju boro-boro maju jalan aja gak maju-maju yang mabok mah jalanya ke depan selangkah kebelakang dua langkah.
Ada orang mabok subuh-subuh datang kemesjid abis begadang mabok kata imamnya
“Heh!  Mau kemana kamu bau alkohol datang ke sini?!”
“Ya mau solat atuh mam.”
“Solat apa?”
“Ya solat subuh atuh.”
“berapa rakaat?”
“Tiga.”
“Heh..! mabok luh pulang luh solat subuh tiga rakaat.”
Pulang teh mabok ketemu sama orang normal ditanya
“heh.. mau kemana.”
“Mau kemesjid”
“Mau apa?”
“Solat subuh.”
“Berapa rakaat solat subuh.”
“Dua.”
“Balik lagi! saya saja yang tiga rakaat diusir, apa lagi akang dua.”
Jadi membedakan orang mabok dengan orang bodoh tuh setipis kulit ari ada orang bodoh ditanya dia itu mendengar solat subuh makanya dia pergilah solat subuh kebetulan imamnya hafiz kuran hafal kuran baca suratnya al-Baqarah dua rakaat itu lama,  pegel dia. Dia bergemuruh dalam hati bergumam sett..
“Pantesan pahalanya gede daa lamaa.”
Besoknya dia datang lagi mau solat subuh begitu dia datang mau solat subuh nanya dulu sama imamnya
“Mam ini mau solat apa?”
“Subuh.”
“Dia baca surat apa?”
 “Al-Baqarah”
“Apa artinya?”
“Sapi betina”
“Sekarang mau baca surat apa ?”
“Al-Fiil”
“Apa artinya”
“Gajah”
“Maaf mam saya tidak ingin berjamaah”
“Kenapa?”
 “Baca surat sapi saja panjang apa lagi gajah.”  katanya subhanallah.
Jadi saya pikir bukan tidak saya tentang pengetahuan masyarakat saja tentang minuman keras ini tidak mengerti mereka juga harus tau ini minuman tidak enak ini minuman yang enak tetapi yang paling penting tentunya mereka kadar keimanannya yang kurang dia mikirrnya bahwa minum-minuman keras itu gaya hidup padahal bohong! omong kosong! larangan allah tidak dilaksanakan membawa malapetaka, kebaikan apabila kata allah ini adalah kebaikan anda lakukan maka membawa anda kebaikan untuk dunia dan di akhirat itu saja kuncinya.



Kalimat Alih Kode

Arti Kalimat Alih Kode
Selamat siang sampurasun orang Garut
sampurasun.
Selamat siang Halo orang Garut
Permisi.
Ini saya kebo muli pakandangan
Saya kebo Pakandangan muli memiliki arti (tempat tidur, makan, tempat tinggalnya sendiri)
Aing reuwas! sabab kudu ngomong make as kabeh riweh mikirna.
Saya terkejut! karena harus mengatakan pakai kata “as”semua ribet memikirnya
Ari keprok tong sawareh-sawareh atel kana celi na.
Kalau Tepuk tangan jangan sebagian-sebagian gatel ke gatel ketelinga.(bukan gatel yang sebenarnya melainkan simile)
Saya bilang gak apah-apah da orang Garut mah segalanya hebat.
Saya bilang gak apah-apah kan  orang dari Garut itu segalanya hebat.

Simpulan
Alih kode adalah gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubah situasi, Apple dalam Chaer dan Agustina berbeda dengan Appel yang mengatakan alih kode itu terjadi antara bahasa, maka Hymes mengatakan Alihkode bukan hanya terjadi antar bahasa, melainkan juga terjadi antara ragam-ragam bahasa dan gaya bahasa yang terdapat dalam satu bahasa. Dengan demikian, alih kode itu merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa yang terjadi karena situasi dan terjadi antar bahasa serta antar ragam dalam satu bahasa.
K.H Jujun Junaedi adalah seorang penceramah dari tanah sunda dalam ceramah-ceramahnya ia memiliki ciri khas yaitu guyonan dalam bahasa sunda khas dari daerahnya. Ia sebagai penutur erat sekali dengan lawan bicaranya yang dominan sama dari Jawa Barat. Maka motivasi K.H Jujun Junaedi menggunakan bahasa sunda itu sesuian dengan situasi tutur yang ada. Tak pungkiri banyak kalimat-kalimat campur antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda yang terdapat dalam ceramah K.H Jujun Junaedi. Terdapat lima kalimat bahasa sunda yang ia pakai dalam Ceramah.


Daftar Pustaka

Chaer Abdul.2012. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
Chaer Abdul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Aslinda dan Leni Syafyahya.2007.Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Reflika Aditama.
            Acmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Aria Satiani. 1985. “ALIH KODE : Suatu Studi Kasus”. Sastra Inggris. Universitas Indonesia.



                [1]Abdul Chaerdan Leonie Agustina, 2010, SosioLinguistikPerkenalanAwal, (Jakarta: RinekaCipta) hlm. 107-108
[2]Abdul Chaer, 2012,  Linguistik Umum, ( Jakarta: Rineka Cipta). hlm. 65-66

s Satiani Aria, 1985, “ALIH KODE : Suatu Studi Kasus”. (Sastra Inggris. Universitas Indonesia.).hlm. 2-12.
[4]Acmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. (Jakarta : Penerbit Erlangga). hlm. 163
[5]Satiani.Op.Cit. hlm. 22-23
[6]Satiani.Op.cit. hlm. 24
[7]Aslinda dan Leni Syafyahya, 2007, Pengantar Sosiolinguistik (Bandung: Reflika Aditama) hlm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar